Rabu, 03 Oktober 2012

ancaman mengerikan lubang hitam

Lubang hitam merupakan wilayah luar angkasa yang dapat menelan gas, debu, bintang, planet, maupun benda angkasa lain yang ada dalam suatu galaksi. Gaya tarik gravitasinya sangat kuat. Sebuah planet yang melintas di sekitarnya tidak akan selamat dari hisapan lubang itu.

Banyak astronom khawatir aktivitasnya yang semakin liar akan mampu menelan planet Bumi. Lantas apa yang membuat sebuah lubang hitam mampu menyedot benda-benda angkasa di sekitarnya?

Sebenarnya ada teori yang menyebutkan, daya hisap sebuah black hole bisa melemah lalu ia akan masuk ke fase tidur, berhenti memakan benda angkasa. Menurut George Helou, dari Spitzer Science Center NASA di Institut Teknologi California, lubang hitam di galaksi kita saat ini sedang dalam fase tidur itu.

Lubang hitam yang disebut Sagittarius A itu letaknya berada di tengah galaksi Bima Sakti. Scherbakov, astronom dari Pusat Astrofisika Harvard mengatakan, lubang hitam di galaksi Bima Sakti hanya memakan 0,01% bintang di sekelilingnya.


Namun selanjutnya peneliti juga menemukan fakta, lubang hitam senantiasa berevolusi, sehingga bisa jadi akan aktif lagi suatu hari nanti. Semakin banyak ia menelan bintang, semakin cepat pula proses evolusinya.

Menurut data yang didapat dari teleskop luar angkasa, selama beberapa tahun terakhir ini, semakin banyak lubang hitam menelan benda angkasa. Selain itu, dikatakan bahwa semakin banyak ia menghisap benda angkasa, semakin besar pula daya sedotnya. Ini dikarenakan peningkatan unsur ion di dalamnya.

Namun tidak hanya berevolusi, belakangan juga diketahui lubang-lubang hitam yang ada di berbagai galaksi juga saling bergabung. Berbagai benda angkasa yang masuk ke dalam lubang hitam mengandung banyak energi dalam jumlah besar.

Sehingga gabungan antarlubang hitam tentunya juga meningkatkan jumlah energi yang dimilikinya. Energi ini dapat mengendalikan alur keluar masuk gas dan debu ke luar lubang.

Tidak hanya debu dan gas, para astronom meyakini bahwa hisapan sebuah lubang hitam juga banyak melepaskan sinar-X dan gelombang radioaktif. Namun jumlah radiasi sinar X yang mereka amati belum dapat dijelaskan. Yang jelas, semuanya itu memengaruhi perkembangan galaksi yang tempat lubang hitam itu berada.

Memahami proses dan cara kerja dan evolusi lubang hitam adalah penting untuk menjelaskan formasi galaksi bima sakti dan keutuhan bumi di masa depan. Mempelajariradiasi dan interaksi antargalaksi dapat membuat kita paham akan besarnya medan gravitasi,gaya magnet, dan proses radiasi lubang hitam.

“Kami telah mempelajari data dari teleskop ruang angkasa selama beberapa tahun terakhir, dan menemukan bahwa semakin cepat lubang hitam melahap material angkasa, maka semakin tinggi daya ionisasinya,” ujar David Ballantyne, asisten profesor fisika Georgia Institute of Technology.

Ahli fisika angkasa saat ini belum memiliki penjelasan yang cukup mengenai daya sedot lubang hitam dan bagaimana pertumbuhannya atau apa yang membuat lubang hitam tertentu berhenti berkembang. Tapi yang jelas, lubang hitam dan cakram di sekitarnya akan memengaruhi benda-benda langit.

“Penghisapan lubang hitam atas benda angkasa melepaskan banyak energi. Tidak hanya radiasi, tapi juga gas yang dilepaskan sampai jauh ke luar galaksi. Gas ini dapat mengubah susunan letak bintang, dan menghentikan perkembangan galaksi,” ujar Ballantyne.

“Daya hisap lubang hitam masih terus dipelajari. Ada yang berkembang dan ada juga yang mati. Mempelajari ini penting untuk mengetahui bentuk dan perubahan susunan galaksi kita,” tambah Ballantyne.

Lubang hitam memang menyedot benda angkasa. Bumi berrisiko ditelan olehnya. Namun risikonya ternyata tidak hanya itu. Gas yang disemburkan dari dalamnya pun dapat membuat benda angkasa bergeser, dan bahkan mungkin bertabrakan.

Bagaimana kalau itu terjadi pada bumi?


Read more: http://penghuni60sains.blogspot.com/2011/07/lubang-hitam-kian-menakutkan.html#ixzz2dfNPHmHI

Sistem ekskresi pada hewan rendah


Sistem Ekskresi (1): Sistem ekskresi pada hewan rendah

Artikel ini telah dibaca 135 kali

Sistem ekskresi adalah sistem organ pada makhluk hidup yang berfungsi untuk mengeluarkan ekskrit. Ekskrit adalah sisa metabolisme yang tidak lagi berguna dan harus dibuang dari dalam tubuh.
Sesuai dengan jenis makhluk hidupnya, sistem ekskresinya sangat bervariasi dalam hal fungsi dan kompleksitas. Semakin tinggi tingkatan suatu makhluk, umumnya makin kompleks sistem ekskresinya.
Berikut ini adalah sistem ekskresi pada hewan.
Protozoa
Sistem ekskresi Protozoa, misalnya pada Paramecium, dilakukan oleh vakuola kontraktil. Vakuola ini biasa ditemukan pada Protozoa yang hidup di air tawar. Disebut vakuola kontraktil karena vakuola ini bisa membesar dan mengecil. Selain untuk ekskresi, vakuola kontraktil juga berfungsi sebagai pengatur tekanan osmosis. Itu sebabnya sering disebut sebagai osmoregulator.
vakuola kontraktil Sistem Ekskresi (1): Sistem ekskresi pada hewan rendah
Cacing Pipih (Platyhelminthes)
Contoh cacing pipih mudah kita kenal adalah Planaria. Alat ekskresi Planaria disebutsel-sel api atau flame cell. Cairan tubuh yang melewati sel api akan disaring, lalu zat-zat sisa yang dikandungnya akan diserap oleh sel api. Gerakan bulu getar di dalam saluran sel api akan mendorong zat air ke arah saluran gabungan. Melalui saluran gabungan inilah, akhirnya zat-zat sisa dibuang ke luar melalui lubang ekskresi.
flamecell Sistem Ekskresi (1): Sistem ekskresi pada hewan rendah
Cacing Tanah (Anellida)
Alat ekskresi cacing tanah dikenal dengan nefridium. Setiap nefridium dilengkapi corong terbuka atau nefrostoma yang terdapat pada setiap sekat pemisah somit (ruas tubuh). Corong tersebut melalui sekat menjadi pembuluh panjang yang mempunyai saluran berliku-liku yang terdapat pada setiap segmen berikutnya. Saluran berliku-liku ini dikelilingi pembuluh darah. Pada saat cairan melalui nefrida, zat-zat yang berguna akan diserap oleh darah, sedangkan cairan tubuh yang berupa zat sisa yang tidak berguna seperti air, senyawa nitrogen, dan garam-garam yang tidak diperlukan tubuh akan ditampung dalam kantong kemih, selanjutnya dikeluarkan melalui lubang nefridium.
nefridium cacing Sistem Ekskresi (1): Sistem ekskresi pada hewan rendah
Serangga
Alat ekskresi serangga, misalnya belalang, berupa pembuluh malpighi. Pembuluh ini melekat pada satu atau kedua ujung usus. Zat-zat sisa metabolisme (ekskrit) yang berupa senyawa nitrogen dari cairan tubuh diubah menjadi asam urat lalu diserap pembuluh malpighi, dan diangkut ke usus terutama pada rektum. Air yang berlebih diserap oleh usus, sehinga kotoran serangga berupa butiran-butiran padat.
pembuluh%2520malphigi%2520belalang Sistem Ekskresi (1): Sistem ekskresi pada hewan rendah

sistem ekskresi pada vertebrata


Sistem Ekskresi (2): Sistem ekskresi pada Vertebrata

Artikel ini telah dibaca 112 kali

Berikut ini akan kita bahas sistem ekskresi pada Vertebrata. Silahkan baca juga sistem ekskresi pada hewan rendah yang sudah saya bahas dulu.
a. Ikan (Pisces)
Alat ekskresi pada ikan berupa sepasang ginjal. Ginjal ini dilengkapi urethra, yang muaranya menyatu dengan muara saluran kelamin, sehingga disebut muara saluranurogenitalis.
anatomi ikan Sistem Ekskresi (2): Sistem ekskresi pada Vertebrata
Anatomi ikan. Perhatikan ginjal (kidney)
adaptasi ikan air tawar Sistem Ekskresi (2): Sistem ekskresi pada Vertebrata
Cara adaptasi ikan air tawar. Perhatikan aliran air.
adaptasi ikan air laut Sistem Ekskresi (2): Sistem ekskresi pada Vertebrata
Cara adaptasi ikan air laut. Perhatikan aliran air.
Untuk menjaga keseimbangan cairan tubuh dengan larutan yang ada di sekitamya, ikan yang hidup di air laut dan air tawar mempunyai proses ekskresi berbeda. Ikan air laut banyak minum, sedikit mengeluarkan urine. Garam-garam yang masuk bersama air yang diminum, akan dikeluarkan secara aktif melalui insang. Sebaliknya,ikan air tawar sedikit minum namun banyak mengeluarkan urine.
b. Amfibi dan Reptil
Alat ekskresi katak (Amphibi) berupa sepasang ginjal kiri dan kanan. Zat-zat sisa seperti urine, garam-garam yang berlebihan, air yang berlebih akan dikeluarkan. Zat sisa yang diambil oleh ginjal akan disalurkan melalui ureter menuju ke kantong kemih.
urogenital kodok Sistem Ekskresi (2): Sistem ekskresi pada Vertebrata
Alat urogenital kodok jantan dan betina
Alat ekskresi pada reptil, misalnya kadal, tidak jauh berbeda dengan katak. Alatnya berupa ginjal, berjumlah sepasang. Salurannya bermuara pada kloaka.
c.  Burung (Aves) dan Mamalia
Alat ekskresi burung berupa paru-paru, ginjal, dan kulit. Ginjalnya berjumlah sepasang berwarna coklat. Saluran ekskresi, saluran kelamin dan saluran pencernaan menyatu bermuara pada kloaka. Burung tidak mempunyai kantong urine. Urine yang dihasilkan ginjal langsung bercampur dengan sisa pencernaan dan langsung dikeluarkan melalui kloaka. Kulit burung tidak mempunyai kelenjar keringat, tetapi mempunyai kelenjar minyak (glandula uropigialis) yang terdapat pada ekor. Minyak ini berguna untuk meminyaki bulu agar tidak basah sewaktu terkena air.
anatomi burung Sistem Ekskresi (2): Sistem ekskresi pada Vertebrata

Download RPP Biologi SMP Sunday, March 25, 2012 | By Toha Nasruddin Nama Sekolah : Sekolah Menengah Pertama Mata Pelajaran : Biologi Kelas/Semester : VIII/I Alokasi Waktu : 6x45 Menit Standar Kompetensi : Memahami berbagai sistem dalam kehidupan manusia Kompetensi Dasar : Menganalisis pentingnya pertumbuhan dan perkembangan pada makhluk hidup HTML tables I. Indikator Membandingkan pertumbuhan dan perkembangan antara tumbuhan dan hewan. Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan pada makhluk hidup. Mengamati dan melakukan percobaan berkaitan dengan pertumbuhan dan perkembangan. Menganalsis faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan. Membuat peta konsep metagenesis pada tumbuhan lumut, paku, dan tumbuhan biji. Mengidentifikasi hormon-hormon yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan. II. Materi Pembelajaran Materi Pokok : Pertumbuhan dan Perkembangan SubMateri : Pertemuan I o Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan dan Perkembangan o Pertumbuhan dan Perkembangan pada Tumbuhan Berbunga o Pertumbuhan dan Perkembangan pada Hewan o Metagenesis HTML tables III. Pendekatan Pembelajaran Kontekstual Metode Pembelajaran Kooperatif Model Pembelajaran Grup Investigation dan kooperatif Sintaks langkah-langkah Model Pembelajaran Group Investigation Guru membagi kelas dalam beberapa kelompok heterogen Guru menjelaskan rnaksud pernbelajarandan tugas kelornpok Guru memanggil ketua-ketua untuk satu materi tugas sehingga satu kelompok mendapat tugas satu materi/tugas yang berbeda dari kelompok lain. Masing-masing kelompok membahas materi yang sudah ada secara kooperatif berisi penemuan Setelah selesai diskusi, lewat juru bicara, ketua menyampaikan hasil pembahasan kelompok Guru memberikan penjelasan singkat sekaligus memberi kesimpulan. Evaluasi dan penutup Modifikasi Langkah-Langkah Model Pembelajaran Group Investigation Guru menuliskan topik pembelajaran. Guru menyampaikan indikator pembelajaran yang haru dicapai oleh peserta didik Guru membagi kelas menjadi beberapa kelompok Dalam kelompok masing-masing anggota kelampok diberi tanggung jawab untuk memahami materi yang berbeda. Anggota kelompok yang memahami materi yang sama berkumpul menjelaskan ke anggota yang lain Setelah diskusi maka anggota satu kelompok saling bertukar informasi tentang materi yang difahami. Guru meminta peserta didik untuk mempreseniasikan hasil diskusi kelompoknya melalui diskusi kelas. Guru dan peserta didik membuat kesimpulan Langkah-Langkah Pembelajaran Tujuan Pembelajaran Melalui pembelajaran ini peserta didik dapat menjelaskan tahap perkembangan pada tumbuhandan hewan. No. Guru Peserta Didik 1. Kegiatan Awal Memotivasi peserta didik dengan mengajukan pertanyaan “Apakah setiap makhluk hidup mengalami pertumbuhan ? Bertanya lebih lanjut “Ditandakan oleh apa saja setiap pertumbuhan itu? Menyebutkan indikator yang harus dicapai dalam belajar Menjawab pertanyaan guru (harapan guru, peserta didik menjawab ‘ya’) Menjawab pertanyaan guru Menuliskan indikator 2. Kegiatan Inti Membagi peserta didik dalam kelompok yang beranggotakan 4 – 5 orang Menugaskan kelompok untuk melakukan kegiatan 7.1 dan membagikan LKPD kegiatan 7.1 pada masing-masing kelompok Menugaskan mengumpulkan LKPD kegiatan 7.1 Menjelaskan pertumbuhan dan perkembangan pada tumbuhan Menugaskan tugas 1.1. Hlm. 132 di rumah secara berkelompok Menugaskan mengerjakn uji diri Hlm. 13 Menjelaskan metagenesis pada tumbuhan dan hewan Menagih siswa untuk memaparkan hasil kegiatan 7.1 dan tugas 7.1 Meminta siswa bertanya kepada kelompok lain mengenai kegiatan 7.1 tersebut Memberikan pengutan dari hasil pengamatan dan diskusi kelas (contoh dalam memberikan penguatan pada konsep-konsep penting dapat dilihat pada materi essensial) Peserta didik duduk dalam kelompok Peserta didik duduk dalam kelompok Menerima LKPD kegiatan 7.1, mendengarkan arahan dari guru Mengumpulkan LKPD kegiatan 7.1 Mendengar dan mencatat penjelasan guru Mengerjakn tugas 1.1 sebagia tugas kelompok Mengerjakan uji diri Hlm. 13 Mendengar dan mencatat penjelasan guru Memaparkan hasil kegiatannya 7.1 dan tugas 7.1 Peserta didik diharapkan bertanya kepada kelompok yang lain Mencatat pengutan yang diterima dari guru 3. Kegiatan Akhir/tindak lanjut Menugaskan peserta didik untuk mengamati tumbuhan di rumah masing-masing Melaksankan tugas guru HTML tables Materi essensial (Syamsuri, Istamar. 2007, IPA Biologi VIII, halaman 1 – 18) IV. Media Pembelajaran Alat/Bahan : Alat tulis, LCD/OHP, Sumber belajar : Syamsuri, Istamar, dkk. 2007. Bologi untuk SMP kelas VIII. Jakarta : Penerbit Erlangga V. Penilaian o Penilaian proses belajar peserta didik o Kegiatan 1.1 (Hlm. 5) Pengamatan pengaruh cahaya terhadap perkecambahan o Tugas 1.1 Hlm. 12 o Evaluasi - Uji diri - Soal Latihan Mengetahui Kepala Sekolah ........................................ NIP Tim Bidang Studi Koordinator ........................................ NIP 2 Artikel Terkait Kategori: rpp smp Tanggapan: 0 Komentar: Post a Comment Silahkan tinggalkan komentar disini :) Beri Tautan Create a Link Newer Post Older Post Home Publikasi Artikel [Belajar Biologi]> [Tutup] Masukkan Email Kirim Pertanyaan Jika punya pertanyaan seputar Biologi silahkan tulis di Halaman Pertanyaan Apa jenjang pendidikan anda saat ini? Download Animasi Artikel Populer Soal dan Pembahasan : Struktur dan Fungsi Tubuh Tumbuhan 1. Tumbuhan dikotil dapat dibedakan dari monokotil berdasarkan ciri khas di bawah ini, kecuali ... a. morfologi bunga b. anatomi ba... Sistem Peredaran Darah Sistem sirkulasi darah terdiri dari jantung, dan serangkaian pembuluh yaitu arteri, kapiler dan vena. Sistem ini berguna untuk membagikan ba... Download Animasi Biologi Lengkap Silahkan Download media animasi biologi dibawah ini, media animasi biologi ini dapat dimanfaatkan untuk proses pembelajaran berbasis multi...


Download RPP Biologi SMP

Nama Sekolah:Sekolah Menengah Pertama
Mata Pelajaran:Biologi
Kelas/Semester:VIII/I
Alokasi Waktu:6x45 Menit
Standar Kompetensi:Memahami berbagai sistem dalam kehidupan manusia
Kompetensi Dasar:Menganalisis pentingnya pertumbuhan dan perkembangan pada makhluk hidup

I.    Indikator
  1. Membandingkan pertumbuhan dan perkembangan antara tumbuhan dan hewan.
  2. Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan pada makhluk hidup.
  3. Mengamati dan melakukan percobaan berkaitan dengan pertumbuhan dan perkembangan.
  4. Menganalsis faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan.
  5. Membuat peta konsep metagenesis pada tumbuhan lumut, paku, dan tumbuhan biji.
  6. Mengidentifikasi hormon-hormon yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan.
II.  Materi Pembelajaran
Materi Pokok:Pertumbuhan dan Perkembangan
SubMateri



:



Pertemuan I
o    Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan dan Perkembangan
o    Pertumbuhan dan Perkembangan pada Tumbuhan Berbunga  
o    Pertumbuhan dan Perkembangan pada Hewan  
o    Metagenesis


III.  Pendekatan Pembelajaran
       Kontekstual
       Metode Pembelajaran
       Kooperatif
       Model Pembelajaran
       Grup Investigation dan kooperatif

Sintaks langkah-langkah Model Pembelajaran Group Investigation 
  1. Guru membagi kelas dalam beberapa kelompok heterogen
  2. Guru menjelaskan rnaksud pernbelajarandan tugas kelornpok 
  3. Guru memanggil ketua-ketua untuk satu materi tugas sehingga satu kelompok mendapat tugas satu materi/tugas yang berbeda dari kelompok lain.
  4. Masing-masing kelompok membahas materi yang sudah ada secara kooperatif berisi penemuan
  5. Setelah selesai diskusi, lewat juru bicara, ketua menyampaikan hasil pembahasan kelompok 
  6. Guru memberikan penjelasan singkat sekaligus memberi kesimpulan.
  7. Evaluasi dan penutup

Modifikasi Langkah-Langkah Model Pembelajaran Group Investigation
  1. Guru menuliskan topik pembelajaran.
  2. Guru menyampaikan indikator pembelajaran yang haru dicapai oleh peserta didik
  3. Guru membagi kelas menjadi beberapa kelompok
  4. Dalam kelompok masing-masing anggota kelampok diberi tanggung jawab untuk memahami materi yang berbeda.  Anggota kelompok yang memahami materi yang sama berkumpul menjelaskan ke anggota yang lain
  5. Setelah diskusi maka anggota satu kelompok saling bertukar informasi tentang materi yang difahami. 
  6. Guru meminta peserta didik untuk mempreseniasikan hasil diskusi kelompoknya melalui diskusi kelas.
  7. Guru dan peserta didik membuat kesimpulan

Langkah-Langkah Pembelajaran
Tujuan Pembelajaran
Melalui pembelajaran ini peserta didik dapat menjelaskan tahap perkembangan pada tumbuhandan hewan.
No.
Guru
Peserta Didik
1.







Kegiatan Awal
  • Memotivasi peserta didik dengan mengajukan pertanyaan “Apakah setiap makhluk hidup mengalami pertumbuhan ?
  • Bertanya lebih lanjut “Ditandakan oleh apa saja setiap pertumbuhan itu?
  • Menyebutkan indikator yang harus dicapai dalam belajar

  • Menjawab pertanyaan guru
  • (harapan guru, peserta didik menjawab ‘ya’)
  • Menjawab pertanyaan guru
  • Menuliskan indikator
2.























Kegiatan Inti
  • Membagi peserta didik dalam kelompok yang beranggotakan 4 – 5 orang
  • Menugaskan kelompok untuk melakukan kegiatan 7.1 dan membagikan LKPD kegiatan 7.1 pada masing-masing kelompok
  • Menugaskan mengumpulkan LKPD kegiatan 7.1
  • Menjelaskan pertumbuhan dan perkembangan pada tumbuhan 
  • Menugaskan tugas 1.1. Hlm. 132 di rumah secara berkelompok
  • Menugaskan mengerjakn uji diri Hlm. 13
  • Menjelaskan metagenesis pada tumbuhan dan hewan
  • Menagih siswa untuk memaparkan hasil kegiatan 7.1 dan tugas 7.1
  • Meminta siswa bertanya kepada kelompok lain mengenai kegiatan 7.1 tersebut
  • Memberikan pengutan dari hasil pengamatan dan diskusi kelas (contoh dalam memberikan penguatan pada konsep-konsep penting dapat dilihat pada materi essensial)


    • Peserta didik duduk dalam kelompok
    • Peserta didik duduk dalam kelompok
    • Menerima LKPD kegiatan 7.1, mendengarkan arahan dari guru
    • Mengumpulkan LKPD kegiatan 7.1
    • Mendengar dan mencatat penjelasan guru
    • Mengerjakn tugas 1.1 sebagia tugas kelompok 
    • Mengerjakan uji diri Hlm. 13
    • Mendengar dan mencatat penjelasan guru
    • Memaparkan hasil kegiatannya 7.1 dan tugas 7.1
    • Peserta didik diharapkan bertanya kepada kelompok yang lain
    • Mencatat pengutan yang diterima dari guru
    3.

    Kegiatan Akhir/tindak lanjut
    Menugaskan peserta didik untuk mengamati tumbuhan di rumah masing-masing
    Melaksankan tugas guru


    Materi essensial
    (Syamsuri, Istamar. 2007, IPA Biologi VIII, halaman 1 – 18)

    IV.    Media Pembelajaran        Alat/Bahan          : Alat tulis, LCD/OHP,
            Sumber belajar    : Syamsuri, Istamar, dkk. 2007. Bologi untuk SMP kelas VIII.
                                         Jakarta : Penerbit Erlangga
    V.    Penilaian
           o    Penilaian proses belajar peserta didik
           o    Kegiatan 1.1 (Hlm. 5)  Pengamatan pengaruh cahaya terhadap perkecambahan
           o    Tugas 1.1 Hlm. 12
           o    Evaluasi
                 -    Uji diri
                 -    Soal Latihan
    Mengetahui
    Kepala Sekolah



    ........................................
    NIP
    Tim Bidang Studi
    Koordinator



    ........................................
    NIP

    Artikel Terkait

    0 Komentar:

    Post a Comment

    Silahkan tinggalkan komentar disini :)

    RSS Search Animals blogs 

    Minggu, 16 September 2012


    Makalah Biologi: Porifera


    I.      PENDAHULUAN
    1.1       Latar Belakang
    Porifera merupakan hewan yang berpori dan sering juga disebut hewan berongga karena seluruh tubuhnya dipenuhi oleh lubang-lubang kecil yang disebut pori.  Hewan ini sederhana karna selama hidupnya menetap pada karang atau permukaan benda keras lainnya di dasar laut.  Phylum porifera yaitu spons hidup di air dan sebagian besar hidup di air laut yang hangat dan dekat dengan pantai yang  dangkal walaupun ada pula yang hidup pada kedalaman  8500 meter bahkan lebih.  Spons sering ditemukan hidup melekat pada substrat yang keras dan hidupnya berkoloni yang statif atau tidak bergerak .  Spons belum memiliki alat-alat eskresi khusus dan sisa metabolismenya dikeluarkan melalui proses difusi yaitu dari sel tubuh ke epidermis kemudian lingkungan hidup yang berair (Kimball, 2000)

    Porifera mempunyai 3000 spesies dan secara umum hidupnya dilaut dangkal sampai kedalaman  5 km. dari 3000 ribu spesies yang dikenal hanya 150 spesies yang hidup di air tawar sampai kedalaman 2 meter dan jarang lebihn dari 4 meter yang biasanya hidup pada air jernih dan tenang. Di laut jenis calcarea  umumnya terbatas pada daerah pantai dangkal.  Reproduksi porifera berlangsung secara aseksual dengan membentuk kuncup, seksual dengan pertemuan ovum dan sperma.  Perkembangan  secara generatif berlangsung dengan terjadinya peleburan sel kelamin jantan dan betina (Sugiarti, 2004)

    1.2       Tujuan dan Manfaat
                Tujuan praktikum ini adalah untuk mengetahui phylum porifera secara morfologi dan anatomi serta dapat mengklasifikasikan phylum porifera.
                 Manfaat praktikum ini adalah sebagai bahan masukan untuk menambah ilmu pengetahuan dan wawasan serta jenis-jenis phylum porifera.



    II.      TINJAUAN PUSTAKA
    2.1.      Klasifikasi
       Menurut Suhardi (2002), sponge di klasifikasikan sebagai berikut :


    Gambar 1. Morfologi sponge (aerizusa)

    Kingdom     :     Animalia
                                                            
                       Phylum     :     Porifera

                            Class         :   Demospongia
                               Ordo         :   Dictioceratida                                                
                                  Famili        :   Dictioceratidaceaer
                                        Genus      :   Callyspongia

                                              Species   :  Aerizusa
                                             
                                                                                            
    .






    2.2        Morfologi dan Anatomi
    Porifera merupakan hewan yang berpori dan sering juga disebut hewan berongga karena seluruhn tubuhnya dipenuhi oleh lubang-lubang kecil yang disebut pori.  Spons terdiri dari dua lapisan sel dengan selapis bahan seperti jeli (mesogle) yang terdapat di antara kedua lapisan tersebut.  Sel-sel dari lapisan dalam mempunyai flagel yang menyebabkan adanya arus air, sel-sel ini memakan partikel-partikel makanan yang telah disaring.  Bentuk tubuh spons yang didukung oleh rangka yang terdiri dari spikula yang dibentuk oleh sel-sel yang tersebar didalam mesoglea, spikula  cukup keras yang tersusun dari sel ikat atau zat kapur (Kimball, 2000).
    2.3        Habitat dan Penyebaran
    Porifera mempunyai 3000 spesies dan secara umum hidupnya dilaut dangkal sampai kedalaman  5 km. dari 3000 ribu spesies yang dikenal hanya 150 spesies yang hidup di air tawar sampai kedalaman 2 meter dan jarang lebihn dari 4 meter yang biasanya hidup pada air jernih dan tenang. Dilaut jenis calcarea  umumnya terbatas pada daerah pantai dangkal (Suwignyo, 2004).
    2.4        Reproduksi dan Daur Hidup
                Reproduksi porifera berlangsung secara aseksual dengan membentuk kuncup,yaitu pertama arkeosit mengumpulkan nutrien dengan memfagosit sel lain untuk dikumpulkan dalam rongga tubuh.  Sel tersebut kemudian mengelilingi serat kumpulan cluster dan kapsul yang mengelilinginya.  Pada kondisi yang tepat sel meninggalkan gemmulae dan keluar melalui lubang membentuk spons baru. seksual dengan pertemuan ovum dan sperma.  Perkembangan  secara generatif berlangsung dengan terjadinya peleburan sel kelamin jantan dan betina  yang menghasilkan zigot berkembang menjadi larva yand kemudian menghasilkan spons dewasa yang berkelamin satu atau hermaprodit (Kimball, 2000)
    2.5        Makanan dan Kebiasaan Makan
    Makanan porifera berupa zat-zat organik dan semua organisne kecil seperti palankton.  Porifera tidak mempunyai alat pencernaan khusus, system pencernaannya bersifat intraseluler.  Zat makanan yang diambil oleh sel-sel koanosit yang diteruskan ke spongosoel mengikuti aliran air ke oskulum (Brotowidjoyo, 2004)
    2.6        Nilai Ekonomis
     Secara ekonomis porifera tidak banyak memberikan keuntungan pada manusia, namun diantara beberapa porifera  ada yang menguntungkan yaitu spons yang berspikula dapat di manfaatkan sebagai alat untuk membersihkan badan (Kimball, 2000)


    III.      METODE PRAKTIKUM
    3.1       Waktu dan Tempat
    Praktikum dilaksanakan pada hari Senin, tanggal 03 Nofember 2009, pukul 10.00-12.00 wita, dan bertempat di laboratorium C Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.  Universitas Haluoleo, Kendari.
    3.2       Alat dan Bahan
    Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini dapat dilihat dalam     tabel 1. sebagai berikut :
    Tabel 1. Alat dan Bahan yang digunakan pada praktikum phylum Porifera beserta kegunaanya.

    No.
               Alat dan Bahan
    Kegunaan

    1.
    2.
    3.

    1.
    .
    A. Alat
    Baki (dissecting- pan)
    Pisau Bedah (scalpel)
        Lap kasar/ halus
    B. Bahan
    Sponge   (Aerizusa)

    Untuk menyimpan objek yang diamati
     Mengiris dan membedah objek yang diamati
     Membersihkan alat-alat praktikum

    Objek yang di amati







    3.3       Prosedur Kerja

                                                                                                                                       
    Prosedur  kerja pada praktikum ini adalah sebagai berikut :

    -  Melakukan pengamatan pada organisme yang telah diambil dari perairan.
    - Meletakan organisme pada baki kemudian mengidentifikasikan bagian-bagian organisme tersebut.
    -  Memggambar bentuk secara morfologi dan anatomi bagian-bagian organisme yang            telah diidentifikasi dan diberi keterangan pada buku gambar.memberikan keterangan.





    IV.     HASIL DAN PEMBAHASAN
    4.1        Hasil Pengamatan

    Pengamatan pada sponge (Aerizusa)

                                                                                                           Keterangan :
    1. osculum
    2. Mesohyl
    3.spicules
    4.porocites
    5.water flow
    6.chanosit
    7.ameobosit
    8.epidermis
    9.spongosoel


    Gambar 2. Morfologi Sponge (Aerizusa)
      
    4.2       Pembahasan
                Pengamatan pada organisme phylum porifera yaitu sponge dimana pada bagian tubuhnya terdapat beberapa bagian yaitu osculum dan ostium. Osculum terletak pada begian paling atas dari sponge yang berbentuk seperti lubang yang berhubungan langsung dengan spongosoel berfungsi sebagai tempat keluarnya air. Hal ini sesuai dengan pernyataan Kimbal, (2000), yang menyatakan bahwa di bawah osculum terdapat suatu ruang berbentuk vas bunga yaitu spongosoel  yang berfungsi sebagai tempat mengolah air yang masuk dari pori-pori.
                Bagian  luar dari morfologi sponge terdapat banyak lubang-lubang kecil yang disebut pori (ostia) yang berfungsi sebagai tempat masuknya air menuju spongosoel, selain terdapat ostia pada bagian luar sponge juga terdapat dinding yang terdiri dari satu lapisan sel pipih yang disebut pinakosit, sel ini dapat melakukan gerakan kembang, kempis sehingga memungkinkan seluruh tubuh sponge dapat beruba ukuran baik besar maupun kecil, sedangkan sel yang terbentuk tabung kecil yang menghubungkan oatium dengan spongosoel diantara ostium dan spongosoel. Hal ini sesuai dengan pernyataan  Sugiarti,( 2004) yang menyatakan bahwa, bagian luar morfologi sponge terdapat banyak lubang-lubang kecil yang disebut pori (ostia).
                Bagian lapisan dalam dari sponge terdiri atas sel-sel yang mempunyai flagel yang berfungsi untuk mencerna makanan dan bercorong yang disebut yang disebut sel leher atau sel koanosit. Hal ini sesuai dengan pernyataan Suhardi (2002), yang menyatakan bahwa, lapisan yang membatasi antara lapisan epidermis dan lapisan endodermis yang disebut mesoglea yang terdiri atas sel amebosit yang berfungsi sebagai pengangkut zat makanan dan sisa metabolisme sari sel yang satu ke sel lainnya (Suhardi, 2002).



    V .      SIMPULAN DAN SARAN
    5.1        Simpulan


    Berdasarkan hasil pengamatan dari phylum porifera maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
     - Bentuk morfologi dari sponge menyerupai vas bunga yang terdiri dari banyak
        lubangkecil atau pori-pori yang disebut ostia.
     - Bentuk anatomi dari sponge terdiri atas spongosoel, oskulum dan ostilum, dan pada
        lapisan dalam terdapat sel-sel yang berflagel yang disebut sel koanosit
    5.2        Saran
                Adapun saran saya sebagai praktikan adalah Spon merupakan organisme laut yang bisa di gunakan untuk bahan pembersih perabotan untuk itu mungkin perlu dikenalkan kepada masyarakat luas.

    DAFTAR PUSTAKA

    Aslan,  L.M., 2003.  Penuntun Praktikum Avertebrata Air. Fakultas  Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Haluoleo Kendari

    Brotowidjoyo. 2004. Zoologi Dasar. Erlangga.  Jakarta.

    Kimball, J.W. 2000. Biologi jilid empat edisi pertama.Erlangga Jakarta.
    Sugiarti, S. 2004. Invertebrata Air. Lembaga Sumberdaya Informasi IPB. Bogor.
    Suhardi. 2002. Evolusi Vertebrata.Universitas Indonesia.Jakarta.

    Makalah Biologi: Brachiopoda


    Makalah Biologi: Brachiopoda


    I.                   PENDAHULUAN
    A.    Latar belakang
    Brachiopoda adalah hewan laut  yang hidup dalam setangkup cangkang yang terbuat dari zat kapur atau zat tanduk.  Mereka biasanya hidup menempel pada substrat dengan semen langsung atau atau dengan tangkai yang memanjang dari ujung cangkang.  Hewan kecil yang halus dan bercangkang ini dinamakan “kerang lampu”.  Mereka sering dikira kerang karena mempunyai setangkup cangkang .  tetapi cangkang hewan ini menghadap dorso-ventral (atas-bawah), sedangkang cangkang kerang lateral (kiri-kanan).
    Brachiopoda memiliki kemiripan yang berbeda dengan mollusca jenis bivalvia dimana pada bagian tubuhnya terlindungi secara eksternal oleh sepasang convex yang dikelompokkan kedalam cangkang yang
    dilapisi dengan permukaan yang tipis  dari priostracum organic, yang berkisar hingga 100 tahun yang lalu (invertebrate palacontologi).
    Lingula unguis merupakan salah satu marga (genus) dari filum Brachiopoda yang keberadaannya sampai sekarang masih hidup di zona intertidal dan mendapat sebutan fosil yang hidup atau dalam istilah asingnya “Living fossil”.  Hewan ini lazimnya disebut kerang lentera (lamp shell).  Hal ini dikarenakan bentuknya yang menyerupai lampu minyak pada zaman kerajaan romawi kuno (Aslan,dkk 2007)


    B.                 Tujuan dan Kegunaan
    Tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut :
    1.      Unutk mengetahui bentuk morfologi dan anatomi phylum Brachiopoda.
    2.      Untuk mengetahui dan mengamati serta dapat mengklasifikasikan phylum Brachiopoda.
    Kegunaan dari praktikum ini adalah praktikan dapat melihat secara langsung morfologi dan anatomi dari phylum Brachiopoda serta dapat klasifikasikannya.



    II.        TINJAUAN PUSTAKA
    A.    Klasifikasi
                Sebanyak 30.000 spesies dari filum Brachiopoda hidup pada era Palaezoikum dan Mesozoikum. Fosil brachiopoda tersebar luas dan banyak terdapat dalam batuan dasar laut. Sekitar 335spesies hidup, semuanya hidup di laut, soliter dan biasanya menempel pada batuan atau pada benda padat lainnya (Brotowidjoyo, 2004).
                Filum Brachiopoda dibagi menjadi 2 kelas atas dasar pertautan Kedua keping cangkang , yaitu Inarcitulata dan Articula.  Pada inarcitulata, bentuk dan ukuran kedua keping cangkang hanya dihubungkang dengan otot, Cangkang terdiri atas campuran fosfat dan kitin dan periosrakum terluar, sehingga dianggap lebih primitif karena sama dengan  tipe cangkang dari periode Cambrian.  Saluran pencernaan lengkap dan  mempunyai anus.  Pedicle pada lingua panjang dan rektraktil, bila diganggu maka hewan tersebut akan masuk kedalam lubang . kelas inarticulate terbagi dalam 2 ordo dengan 47 spesies (Suwignyo,dkk 2005).
                Pada Articulata, bentuk dan ukaran kedua keping cangkang tidak sama, kedua keping cangkang dihubungkan satu sama lain oleh otot dan engsel atau “hinge” pada bagian posterior , cangkang terdiri dari kalsium karbonat dalam bentuk kristal kalsit, dan terluar lapisan , periostrakum, permukaan ada kalanya berhiaskan garis-garis konsetrik, menayebar bergerigi atau berduri, warna cangkang biasanya kuning kusam, kelabu, beberapa spesiesn berwarna jingga atau merah, saluran pencernaan tidak lengkap tidak mempunyai anus , pedicle pendek dan lentur sehingga hewan dapat bergerak kekiri-kanan atau memutar. Kelas Articulata terbagi dalam 3 ordo dengan 300 spesies (Radiopoetro 2002).      
    B.                 Morfologi dan Anatom
    Pada Articulata, bentuk dan ukaran kedua keping cangkang tidak sama, kedua keping cangkang dihubungkan satu sama lain oleh otot dan engsel atau “hinge” pada bagian posterior , cangkang terdiri dari kalsium karbonat dalam bentuk kristal kalsit, dan terluar lapisan , periostrakum, permukaan ada kalanya berhiaskan garis-garis konsetrik, menayebar bergerigi atau berduri, warna cangkang biasanya kuning kusam (Oemardjati, S.B. 2000).
    C.                Habitat dan Penyebaran
                Sebanyak 30.000 spesies dari filum Brachiopoda hidup pada era Palaezoikum dan Mesozoikum. Fosil brachiopoda tersebar luas dan banyak terdapat dalam batuan dasar laut. Sekitar 335spesies hidup, semuanya hidup di laut, soliter dan biasanya menempel pada batuan atau pada benda padat lainnya (Suwignyo.dkk, 2005).
    1.      Reproduksi dan Daur hidup.
                   Reoroduksi seksual, umumnya dioecious, gonad biasanya berupa 4 buah kelompok gamet yang dihasilkan dalam peritoneum.  Kecuali yang digerami, gamet dilepas ke air melalui nepridia.  Pembuahan diluar, telur menetas menjadi larva yang berenang bebas dan sudah mulai makan.  Larva inarticulata bentuknya mirip brachiopoda dewasa, tidak mengalami metamorfosa, pada akhir stadia larva tumbuh pedicle serta cangkang, dan larva turun ke substrat untuk kemudian masuk ke dalam lubang.  Larva articulata sebagai meroplankton selama 24 jam sanpai 30 jam, turun ke substrat, mengalami metamorfosa menjadi bentuk seperti dewasa (Suwignyo.dkk, 2005).
    D.                Makanan dan Kebiasaan makan
                   Di dalam cangkang terdapat lophohore yang berfungsi untuk mendapatkan makanan.  Bentuk lophophore seperti dua tangan atau “brachia” yang panjang, menggulung dan masing-masing mengandung deretan tentakel serta alur makanan menuju mulut.  Pada waktu makan, kedua keping cangkang terbuka sedikit, dan gerakan cilia pada tentakel menghasilkan aliran air yang membawa makanan, kemudian terperangkap pada lender tentakel dan oleh gerakan cilia dialirkan ke mulut. Makanan terdiri atas fitiplankton, partikel terlarut dan koloid (Suwignyo.dkk, 2005).
    E.                 Nilai Ekonomis
                   Phylum Brachiopoda  menguntungkan karena digunakan sebagai sumber makanan yang mengandung protein hewani yang cukup tinggi, juga mempunyai nilai ekonomis yang tinggi karena mempunya harga yang tinggi (Suwignyo.dkk, 2005) 





    III.      METODE PRAKTIKUM
    A.     Waktu dan Tempat
    Praktikum dilaksanakan pada hari Senin, tanggal 26 Oktober 2007 12.00 WITA, dan bertempat di Laboratorium  Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.  Universitas Haluoleo, Kendari.

    B.      Alat dan Bahan
    Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini dapat dilihat dalam tabel 3. di bawah ini .
    Tabel 3. Alat dan Bahan yang digunakan pada praktikum phylum coelenterate beserta kegunaanya.
    No.
               Alat dan Bahan
    Kegunaan
    1.
    2.
    3.
    4.
    5.
    Baki (disketing pan)
    Pisau Bedah (scalpel)
    Pinset (forceps)
        Lap kasar/ halus
     Kerang lentera
         (Lingula unguis)


    Untuk menyimpan objek yang diamati.
     Mengiris dan membedah objek yang diamati
     Mengambil objek yang diamati
     Membersihkan alat-alat praktikum
    Objek yang di amati



    C.        Prosedur Kerja

                                                                                                                                       
    Prosedur  kerja pada praktikum ini adalah sebagai berikut :

    1.                  Mengambil organisme phylum Brachiopoda diperairan laut kemudian membewanya ke laboratorium untuk diamati.
    2.                  Melakukan pengamatan secara morfologi dan anatomi.
    3.                  Menggambar organisme tersebut berdasarkan hasil pengamatan.


    IV.             HASIL DAN PEMBAHASAN
    A.          Hasil Pengamatan

      1. Pengamatan pada Kerang lentera (Lingula unguis)



    Gambar 5. Morfologi (Lingula unguis))


    B.  Pembahasan
       Bentuk dan ukuran kedua keping cangkang kerang lentera tidak sama, kedua keping cangkang dihubungkan satu sama lain oleh otot dan engsel atau “hinge” pada bagian posterior , cangkang terdiri dari kalsium karbonat dalam bentuk kristal kalsit, dan terluar lapisan , periostrakum, permukaan ada kalanya berhiaskan garis-garis konsetrik, menayebar bergerigi atau berduri, warna cangkang biasanya kuning kusam (Brotowidjoyo. 2004).
                   Di dalam cangkang terdapat lophohore yang berfungsi untuk mendapatkan makanan.Menurut Suwignyo dkk.(2005)  Bentuk lophophore seperti dua tangan atau “brachia” yang panjang, menggulung dan masing-masing mengandung deretan tentakel serta alur makanan menuju mulut.  Pada waktu makan, kedua keping cangkang terbuka sedikit, dan gerakan cilia pada tentakel menghasilkan aliran air yang membawa makanan, kemudian terperangkap pada lender tentakel dan oleh gerakan cilia dialirkan ke mulut. Makanan terdiri atas fitiplankton, partikel terlarut dan koloid.  Reoroduksi seksual, umumnya dioecious, gonad biasanya berupa 4 buah kelompok gamet yang dihasilkan dalam peritoneum  (Radiopoetro.2002).
    Brachiopoda memiliki kemiripan yang berbeda dengan mollusca jenis bivalvia dimana pada bagian tubuhnya terlindungi secara eksternal oleh sepasang convex yang dikelompokkan kedalam cangkang yang dilapisi dengan permukaan yang tipis  dari priostracum organic, yang berkisar hingga 100 tahun yang lalu (invertebrate palacontologi) (Suwignyo, S.2005). 


     
    V.                SIMPULAN DAN SARAN

    A.          Simpulan

    Dari hasil pengamatan yang dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa :

    1.            Brachiopoda adalah hewan laut  yang hidup dalam setangkup cangkang yang terbuat    dari zat kapur atau zat tanduk. 
    2.            Filum Brachiopoda dibagi menjadi 2 kelas atas dasar pertautan Kedua keping cangkang , yaitu Inarcitulata dan Articula.
    B.           Saran
    Saran saya sebagai praktikum pada praktikum kali ini adalah agar asisten selalu mendampingi praktikan selama praktikum berjalan.


    DAFTAR PUSTAKA
    Aslan,  L.M. 2003.  Penuntun Praktikum Avertebrata Air. Fakultas  Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Haluoleo Kendari.

    Brotowidjoyo. 2004. Zoologi Dasar. Erlangga.  Jakarta.

    Oemardjati, S.B. 2000.  Taksonomi Avertebrata. Universitas Indonesia.Jakarta.

    Radiopoetro.2002. Zoologi, Erlangga . Jakarta.
    Suwignyo, S.2005  Avertebrata Air. Lembaga Sumber Daya Informasi IPB, Bogor